Menulis adalah caraku mengabadikan pengalaman agar tak lupa dari ingatan. Ini adalah rumah mayanya D dimana D nyaman memperlihatkan isinya. Blog ini berisikan tentang kehidupan D. Mix and fun. Macam-macam. Pemikiran saya. Kejadian sehari-hari. Review film, buku, tempat. A box of chocolate.

Monday 8 April 2013

[Review] One Day


Hari itu, selama ini bersembunyi bertahun-tahun dan kemudian mendatangi kita. 



Pertama kali minjem One Day itu dari Riri sekitar 6 bulan lalu. Dan sampai saat ini baru menyelesaikan 2 bab. Kenapa? Pertama, entah kenapa saya sedang dihinggapi penyakit malas baca. Kedua, yang saya pinjam adalah novel non terjemahannya. Berarti saya harus meresapi dengan sangat. Belum lagi kalau menemukan kata-kata sulit. Semakin lamalah proses menyelesaikan One Day ini.
 
Tadinya saya bertekad tidak mau menonton filmnya dulu,apalagi saya pikir filmnya masih belum rilis. 
Lah, ternyata malam kemarin filmnya ada di HBO tengah malam. Sudah tahu ada jadwalnya ya mau tidak mau deh saya nonton #nadaterpaksa :D 

Filmnya sendiri memenuhi gambaran saya akan novelnya yang juga beralur cepat. Melompat dari 15 Juli 1988 ke 15 Juli tahun berikutnya dan tahun berikutnya. 

Anne Hathaway sebagai Emma Morley bermain sangat apik menjadi clumsy girl yang memiliki hubungan friendzone dengan Dexter, the it guy dari kampusnya. 

Di awal, saya masih bisa berkata "ooh,so this is how it look Emma when work in Spanish resto" "ooh, so this is how dexter's mother look like." Karena feel yang saya dapatkan di novel dan film sama, walaupun di film alurnya agak flashforward-backforward. Barulah ketika memasuki 15 Juli 1990, saya sudah mulai mendapat kejutan-kejutan karena sudah tidak tahu lagi gambaran besar cerita. 
Dan kisah cinta selama 20 tahun ini benar-benar menyentuh hati saya. 

Emma yang berasal dari keluarga tidak punya, berjuang untuk hidup sambil mewujudkan sedikit demi sedikit impiannya menjadi penulis. Sedangkan Dexter hanya terus bersenang-senang keliling dunia dan hanya bekerja semaunya. Emma sama sekali tidak memanfaatkan friendzone mereka walaupun bisa. Karena bukan hanya Emma yang jatuh hati pada Dexter, sebaliknya Dexter pun sangat bergantung pada Emma walaupun dia berkata "Kenapa kita tidak mencobanya? Well, kita masih muda. Bersenang-senang saja dulu." Yang tentu saja langsung ditampik oleh Emma. 

Rollercoaster hubungan mereka yang justru tidak kekanakan. Malah menampilkan pertumbuhan kedewasaan di antara Emma dan Dexter. Munculnya orang-orang lain disamping mereka yang juga mereka cintai. Hidup yang berputar bagaikan roda. Keinginan yang kadang tak tercapai. Dengan sangat manisnya saya terseret ke dalam pusaran rasa iba akan Emma dan Dexter dan perjalanan 20tahun mereka. Hingga akhirnya saya menangis tersengguk-sengguk di akhir film ;') 

Penasaran? Baca saja atau tonton saja filmnya. Saya sendiri berarti masih harus mengumpulkan mood baca saya yang terserak. 


Why am i here?Am i really making a difference?Why can't she put some clothes on?What is that smell?Where do i want to be right now?
      Emma Morley, One Day chapter 2


xoxo
Ditya


3 comments:

  1. ini salah satu film romance terbaik yang pernah saya tonton, recomended buat ditonton, setting latar'a juga jempolan

    ReplyDelete
  2. Betul sekali! :) Saya suka dengan backsound nya yang betul-betul passss...

    ReplyDelete

Pages