Menulis adalah caraku mengabadikan pengalaman agar tak lupa dari ingatan. Ini adalah rumah mayanya D dimana D nyaman memperlihatkan isinya. Blog ini berisikan tentang kehidupan D. Mix and fun. Macam-macam. Pemikiran saya. Kejadian sehari-hari. Review film, buku, tempat. A box of chocolate.

Friday 16 November 2012

Its A Lunch Time!!!


Biasanya pada makan siang kemana sih kalau di kantor?

Hmm… dulu waktu jaman sekolah, mikirnya kalau udah kerja pasti keren punya makan siangnya. Pasti yang enak-enak melulu deh jatuhnya. Entah kenapa saya punya pemikiran seperti itu.
Mungkin dulu karena sekolah di smakbo, kantinnya tidak ada pilihan lain selain nasi goreng cabai atau gado-gado? :D jadi mungkin saya bosan tingkat akut dengan makan siang yang itu dan itu lagi.
(belakangan saya baru tahu kalau makan siang enak itu sesekali aja kalau habis dapat rejeki. And define ‘enak’. Ternyata its all about mind and heart) 

Lalu pertama kalinya kerja. Di sebuah pabrik semen instan mortar. Dan ini merupakan semacam anak pabrik. Terbayang dong, kalau di pabrik itu minim wanita? Alhasil saya tiap kali hanya makan siang di meja, karena tidak ada teman. Dengan menu catering yang sudah dihapal siklusnya :  Senin, dengan lauk ayam goreng. Selasa, dengan ikan goreng. Rabu kembali ayam bakar atau  pepes. Kamis, ikan kembali dan jumat makanan paling tidak disuka,balado telur. Bukan masalah telurnya, tapi bumbunya itu kurang matang. Jadinya bikin agak sedikit enek. Saya sampai memusuhi balado telur lho selama bertahun-tahun. Sampai akhirnya berani makan lagi setelah ibu saya yang masak…dan enak! J

Kembali ke masalah makan siang. Makan siang di perusahaan pertama itu meninggalkan kesan mendalam secara negatif. Dugaan saya tentang makan siang sama sekali terhapuskan.

Kemudian saya pindah tempat kerja. Sebuah laboratorium jasa analisa. Dan baru merasakan kenikmatan makan siang di tempat ini. Tim lab (waktu itu) terdiri atas wanita semua. Dan makan siang saya selama dua tahun lebih di tempat ini selalu menyenangkan. Belum ada pantry khusus buat kami. Meja makan hanya bisa memuat 2 orang. Alhasil makan siang lebih banyak menghampar karpet saja. Tim kami waktu itu baru berlima, saya, Santi, Dwi, Mba Tini dan Mba Titi. Dan saya merasa sangat sehat! Makan siang setelah menguras energy selama setengah hari preparasi dan analisa sample benar-benar menumbuhkan selera makan. (FYI, kerja di laboratorium itu memberdayakan seluruh indra kita lho, tangan, kaki, otak, semua terpakai).

Sudah itu timnya menyenangkan. Selama makan kita bicara apa saja. Gossip artis, gossip kampus #ehh , menghayal, sharing pengalaman, curhat, mecahin problem dan ngelawak gak jelas. Padahal makan siang saya kebanyakan juga bawa dari rumah. Standar lah, kadang ayam goreng kadang nasi goreng kadang hanya sayur atau cap cay. Tapi entah kenapa nikmaaaaaaaat setiap hari itu bekal. Sampai-sampai ada beberapa mahasiswa yang terkadang gabung makan siang di tempat kami karena “pasti kalau sama mba-mba makan siangnya ketawa-ketawa melulu, enak ngilangin stress”

(btw soal mahasiswa ini, sebenernya agak cukup lucu juga. Karena kami dipanggil ‘mba’ oleh mahasiswa yang notabene lebih tua usianya.  Status kami sebagai penengah antara mahasiswa dan dosen membuat kami sedikit disegani oleh mahasiswa. Hmm, kapan2 mengupas tentang ini deh) 

Kalau sedang tidak bawa bekal, makan beli di kantin kampus pun sama. Mau soto, mau tongseng, dll dsb. Semua terasa enak. Gak pernah gak nafsu makan deh. Terlebih kalau kepala admin kami, Pak Min yang sudah kami anggap orangtua sendiri, kalau sedang ada rejeki pasti mentraktir kami. Dan pasti kami menyambangi satu-persatu restoran yang ada di sepanjang jalan margonda, mulai steak murah meriah sampai steak beneran, ramen, bakmi, pizza, nasi campur. Fuwaaa…pantesan saya jadi nduuuuttt walaupun kerja capek sampai malam.

Lalu lanjut ke perusahaan ketiga, sebuah distributor alat kesehatan. Dan masih merasakan suasana fun disini. Tempat makan juga disediakan. Ada meja-meja yang cukup untuk semua karyawan. Dan siklus happy lunch time disini berlanjut. Sebenarnya disini saya sedikit lebih stress walaupun energy yang dikeluarkan lebih sedikit dibanding di kampus. Ini karena saya kerja gerilya sendiri membangun system lab. Dan tidak bisa sharing masalah kerjaan. Harus problem solving sendiri. Kalau cerita ke teman pun, mereka beda divisi, dan terkadang cuma bisa pukpuk saja (Alhamdulillah masih di pukpuk). Dan benar-benar makan siang yang relaksasing. Bisa ketawa menggila sampai sakit perut kalau sedang membahas sesuatu. Dan ritual hari jumat yang makan siang di luar. Fun, Happy, Full stomach. What a life. Alhamdulillah

Bukan tempatnya dit, tapi sama siapanya – My ex was said this to me- hmmm, kata-kata ini sedikit nyambung dengan pembahasan ini.

Di perusahaan selanjutnya, tidak ada pantry khusus untuk tempat makan. Makan di meja masing-masing. Tapi masih tetap ada ritual makan bersama. Ada satu meja kosong yang kami jadikan tempat makan ramai-ramai. Sudah gitu, saya mulai agak malas bawa bekal karena terkadang menginap di kantor selama berhari-hari. Tetapi kadang si bos suka telepon delivery dan kami pun bisa pesan sepuas-puasnya :D. Belum lagi kalau sudah entertaint user or klien. Bisa makan di hotel berbintang atau sekalian di high class resto. Lalu ketika perusahaan mulai terbelit masalah dan kemewahan makan siang sudah tidak bisa diprovide. Divisi saya dipecah menjadi 4 tim, dan saya kebagian di kantor kalibata.

Itupun masih merasakan makan siang seru! Dengan tim baru, menyambangi satu persatu tempat makan seputaran tebet dalam yang bejibun itu. Dan benar, bukan masalah seberapa cozynya suatu tempat. Tapi dengan siapa kita menghabiskan waktu. #edisikangen

Well, life is all about change huh? Seiring dengan waktu gue makin mendekat dengan ‘sesuatu’ yang gue inginkan dalam hidup. Gue pun harus selalu merasa menggeliat dan meninggalkan zona nyaman kerja gue. Life is about sacrifice. Ada harga yang harus gue bayar untuk segala yang gue inginkn dan dapatkan.

Untuk di kerjaan sekarang. Feel stuck sama makan siang. Boceeeeennn… terkadang makan bareng sih di ruang meeting. Tapi lebih sering di meja masing-masing. Dan dunno why, ini orang-orangnya pada serius. Dan gue merasa gak nyambung dengan obrolan mereka. Bukannya gak bisa adaptasi lho. Malah, gue saking bisa adaptasi dan dipercayanya gue menjadi terbagi dua antara dua kubu karyawan senior dan junior. Hukss… mau makan siang pakai apapun jadi merasa bosen dan kurang nikmat. Dan harus dikatalisator nafsu makan siangnya dengan sambal yang super pedas. Which is, gak sehat juga jadinya perut gue.

Yah…ambil hikmahnya saja. Gue kan memang pingin diet. Biar makan siangnya dikit. Gak usah terlalu berlama-lama makan siang dan lebih banyak cari rejekinya.

Dan tetap merindukan makan siang enak+seru+sehat+hati riang.

Everything changing, everywhere I go…I am a mobile.
Everytime I turn, all out my control, I’m a mobile…
-          Mobile, Avril Lavigne -

No comments:

Post a Comment

Pages