Menulis adalah caraku mengabadikan pengalaman agar tak lupa dari ingatan. Ini adalah rumah mayanya D dimana D nyaman memperlihatkan isinya. Blog ini berisikan tentang kehidupan D. Mix and fun. Macam-macam. Pemikiran saya. Kejadian sehari-hari. Review film, buku, tempat. A box of chocolate.

Wednesday 26 October 2011

Documentary Filmclass

@AkademiBerbagi 29 September 2011


(catatan saya : Layaknya berada di ruang kelas, saya secara rakusnya mencatat semua perkataan dari yang memberikan ilmu. Alhasil di bawah ini adalah plek catatan saya murni. Jadi sangat mungkin adanya interpretasi saya yang tidak sesuai, atau mungkin kesalahan mencatat dan lain sebagainya. Tapi karena saya sangat terpesona dengan kelas nya, saya ingin BERBAGI  maka kalau dirasa kurang puas, silahkan kontak @dikiumbara himself untuk bertanya lebih jauh. )

Pembuka

Video The Cove, dokumenter dari sebuah industri pembunuhan lumba-lumba di sebuah prefektur di Jepang. >_<

Dokumenter, narator seperti apa yang diinginkan ?
Dokumenter terbagi dua:
-    Narasi
-    Non narasi

•    Ada 9 definisi tentang film dokumenter, tapi yang dipilih oleh @dikiumbara sebagai yang paling mendekati adalah “creative treatment of actuality”
•    Definisi lainnya adalah lebih ke pendekatan / cara.

Film  Versus Documenter
The director is a god     Versus   The God is the director

Jenis – jenis documenter
•    Docudrama  contoh : documenter JFK
•    Travelogue ( Film perjalanan yang beralur)
•    Biograph ( tokoh-tokoh terkenal atau orang biasa yang menemukan sesuatu)
Misal, film tentang orang yang berhasil membuat pengairan dari gunung ke desanya
( my note : matte ne, kayanya ini dulu pernah ada di buku pelajaran SMP gw deh..saa..)
•    Rekrontruksi
•    Sejarah

Documenter awalnya digunakan untuk propaganda baik itu propaganda positif atau negatif. Makanya permainan angle jadi sesuatu banget.

1.    Low Angle-High Angle dan Slow Motion
Kalau dilihat dari sisi Low angle, slow motion nya. Bisa dilihat untuk penggambaran sebuah demo, bisa dimainkan dari sisi mana yang ingin ditonjolkan kelihatan ditindas. Misal mahasiswa berdemo dihadang polisi. Padahal polisinya hanya berjumlah dua baris sedangkan mahasiswa berjumlah ratusan. Tapi dengan posisi kamera low angle, dengan menyorot polisi bertameng dari posisi bawah. Terlihat kedigjayaan polisi dengan tamengnya, seolah – olah polisi arogan. Lalu jika ada polisi memukul untuk mempertahankan diri dibuat slow motion. Jadi mahasiswa yang dimenangkan. Padahal mahasiswa memukuli polisinya rame-rame gak diperlihatkan.
Satu contoh lagi, untuk penggambaran sebuah event. Jika ingin menonjolkan event tersebut, bisa dipakai high angle untuk meperlihatkan event tersebut ramai oleh orang.
Mungkin ada yang bertanya, jadi film dokumenter rekayasa dong? Tidak. Karena kejadian itu real terjadi, dan tanpa skenario dan  tanpa script terlebih dahulu. Semuanya kembali pada tujuan si pembuatnya.

2.    Type of shot : Long shot, medium shot

3.    Movement camera


•    Dalam film documenter, research itu segalanya. Karena film dokumenter harus bisa bercerita harus beralur tapi merupakan fakta.

•    Maka itu bedanya film dokumenter dengan film biasa :
-     Film dokumenter harus dapat desain produksi dulu seperti apa baru mulai syuting
-    Cost bisa sangat membengkak, seperti contoh kasus : dokumenter di papua, orang papua itu bener-bener gak mendalami konsep waktu. Pernah berjanji bertemu untuk ngantar perahu, seharian gak datang. Gak bisa dihubungi pula. Akhirnya besoknya baru bisa bertemu dan jawabannya simpel. Kemarin cuac buruk, dan tidak mungkin datang.
Hal-hal seperti inilah yang membuat cost bisa membengkak. Karena otomatis budget buat menginap jadi bertambah, belum lagi membuat kesepakatan baru dan lain sebagainya.

•    Tapi terkadang film dokumenter akan bermanfaat edukasi bagi beberapa momen, contoh untuk kasus wabah malaria misalnya. Kita jadi bisa tahu, apa yang sebenarnya menjadi masalah penanganan di suatu daerah tertentu. Dan dengan mempelajari itu. Dokter-dokter yang akan menangani kasus malaria di suatu daerah lain, bisa mengantisipasi masalah-masalah tersebut. Dengan catatan, aplikasi penanganan tiap daerah tentu saja berbeda.

•    Jadi inti point dari dokumenter film adalah hanya masalah eksekusi ide-ide yang ada.

Proses Produksi Dokumenter
•    Setelah alur cerita   syuting  penyuntingan, dalam dokumenter ada yang namanya pre-script dan post-script. Disinilah letak bedanya naskah berdasarkan riset.
•    Bedanya feature dan dokumenter. Dokumenter akan lebih mendetail. Misalnya menyorot kegiatan industri –maaf- pekerja seks komersial.
Dalam dokumenter, akan dijelaskan kegiatan pekerja tersebut dan uang yang dihasilkan digunakan untuk apa saja. Dalam feature hanya tentang pekerja tersebut dan rumbai-rumbai ceritanya. Artinya dalam feature, cerita boleh didramatisir
•    Ada satu perbedaan feature dari KompasTV dan TransTV, kompas lebih kaya akan angle. Ini disebabkan jumlah kamera di kompas lebih banyak. Mungkin disebabkan pendanaan kompas yang masih segar ? :D 


Sesi Tanya Jawab

•    Seberapa sulit membuat sebuah video? Baik itu dokumenter atau bukan

Answer :
•    Willingly. KEMAUAN. Jaman sekarang yang sudah serba canggih, pernah ada yang membuat sebuah film hanya bermodalkan kamera handphone. Jadi paksalah otak untuk kreatif.
•    Tapi kalo dilihat dari segi teknis, persyaratan sebuah film itu sekarang ini harus 720x576 pixels. Dan sekali lagi, kamera handphone jaman sekarang sudah jauh di atas itu. 


Question :
•    Bagaimana masalah copyright?
Answer
•    Film or dokumenter, its all about copyright, courtesy dll.
•    Disarankan buat sesuatu yang baru sendiri, lalu bayar untuk mendapatkan hak patennya.
•    Semua objek di film dokumenter, harus didatangi atau dikirimi surat untuk persetujuan tayang, sekali lagi biaya bisa membengkak disini.

Question :
•    Bagaimana dengan film yang berdasarkan inverstigasi ?

Answer
•    Sekarang ini ada semacam kitab pegangan untuk jurnalistik judulnya “Jurnalisme Investigasi” dan ini menjadi pegangan jurnalisme seluruh dunia. Di luar negeri, inilah yang menjadikan jurnalisme sukses karena berpedoman pada ini, sedngkan di indonesia ini belum diapikasikan secara penuh.
•    Karena investigasi itu penuh dengan resiko.
•    Untuk wawancara dll, posisikan kita selevel dengan narasumber, baik itu kepala bagian atau menteri sekalipun dan berlaku juga untuk narasumber sperti tukang sampah atau pengemis sekalipun. Samakan level kita.


Penutup :
•    Ide itu bisa didapat DIMANA SAJA. Misal, pernah gak sih ada yang merhatiin tulisan iklan “sedot WC” di tiang-tiang listrik? Cukup mengganggu? Berapa banyak jumlahnya di lingkungan kita? Berapa banyak jumlahnya di sepanjang perjalanan kita ke kantor? Jika ada yang berniat mendokumenterkan, mungkin bisa terkuak sejauh mana penataan keindahan kota diurus.
•    Sekedar informasi, departemen-departemen pemerintah sudah dan sering membuat dokumenternya sendiri untuk penyuluhan pada masyarakat. Tapi TIDAK MENARIK. Masalah budget mungkin?
•    Pre-script adalah pemandu, sedangkan post-script adalah proses produksi.
•    Breakdown budgeting nya berdasarkan tema
•    Watchdoc.


Finish

No comments:

Post a Comment

Pages