Kapan Merasa Hidup?

 'Kapan terakhir kali kamu benar-benar merasa hidup? 

Kapan ya? 

Apakah pada saat saya snorkling kedua kalinya ke Pulau Seribu bersama Niken, temannya Rie? Wow itu sudah sangat lama sekali dong! (2013! Its 10 years ago!) 

Lalu kenapa pikiran saya langsung tertuju di momen short trip ke pulau seribu itu, padahal ada banyak moment-moment lain yang lebih 'grande', misalkan trip ke Jepang, ke Paris! one of bucket list. Atau pas pulau trip bersama genggong weekend wanderlust? (well ini juga menyenangkan sih).

Kita coba analisa ala-ala ya. 

Di pulau seribu tahun 2013 itu saya gak berekspektasi apa-apa. Gak pernah tahu sama sekali sebelumnya mengenai Pulau Seribu dan macam-macamnya. Alhasil, sampai disana saya menemui, mengalami dan merasakan hal-hal yang di luar perkiraan saya, with full of serenity. 

Air laut biru nan jernih, percikan ombak, hembusan angin kencang di wajah, perut lapar lalu diisi ikan bakar nan enak. 

Tidak berpikir apapun, tidak terdistraksi apapun. Hanya, enjoy the moment. 

Yup! Sepertinya itu kuncinya. Enjoy the moment. Tidak usah terlalu banyak berpikir dan berekspektasi. 

Padahal di hidup saya yang sudah melalui 38 tahun di dunia ini, ada banyak ribuan bahkan jutaan moment yang 'menyenangkan' dan terhitung 'mewah'. Tapi mungkin momen-momen itu terganggu dengan saya yang terlalu banyak berpikir 'bagaimana jika begini', 'wah saya harus begini nih karena semua orang juga begini', 'gak boleh begini nih karena xxx' 

Too much overthinking! 

Alhamdulillahnya berkat pandemi di tahun 2020 dan membuat saya 'awakening' terhadap semua masalah dan 'unfunction' nya saya mental dan lahiriah, saya sedikit-sedikit bisa mengumpulkan koleksi detik demi detik dimana saya bisa lost in time and its kind of not thinking at all right! 🙂 

• jalan pagi di sawah cibalagung or hasanah, memejamkan mata 20 detik menikmati matahari pagi 
• berenang di KRR sports club dan selama hampir 60 detik, saya hanya fokus untuk bisa bergerak ke sisi seberang. 
• melihat-lihat kembali foto saat trip ke Paris, Turki dan Budapest dan selama beberapa menit, mengagumi dan mengucap syukur bahwa saya pernah menginjakkan kaki di negara bucket list saya. Jadinya walaupun pada saat tripnya saya malah cemas dan overthinking dan menangis di sela-sela pesawat menuju ke tempat selanjutnya, in the end all is well. 

(kenapa menangis? karena di kepala seorang Ditya kecil, saya membayangkan akan bisa trip megah kesana kemari dengan pangeran berkuda putih saya. Instead, saya justru mengiyakan ajakan trip ini dari teman saya, karena teman saya tahu saya butuh penyegaran dari masa-masa perpisahan saya dengan pasangan).

So, apakah pertanyaan di atas terjawab? Kapan terakhir kali saya merasa hidup? 

Sekarang. 

Jigeum. Now. 

Kita hidup dengan restropeksi dan bersyukur. 

xoxo

Ditya 

Oct 2023